Kupang, lensantt.com – Penyelenggaraan Kongres III organisasi Uni Timor Asw’ain (UNTAS) sebagai perwakilan kurang lebih 14.000 jiwa warga eks timor-timur yang menyebar di wilayah Indonesia, menjadi ajang pertarungan para tokoh politik Pro Integrasi.
Sementara itu, Rumusan perubahan yang akan dibahas dalam rapat kongres yang dijadwalkan selama 3 hari ini, diantaranya perubahan AD/ART dan sikap politik yang telah dibangun sejak kongres I tahun 2000 yakni “Menolak hasil jajak pendapat tahun 1999 yang penuh dengan kecurangan”.
Walaupun perubahan tersebut harus berimbas pada gagalnya suatu penyelesaian yang adil, jujur, damai, terhormat dan menyeluruh bagi seluruh rakyat Timor-timur, dimana tidak ada lagi predikat antara pahlawan dan penghianat.
Tidak seperti kongres-kongres sebelumnya, kongres III yang digelar di aula hotel Ima, jalan Timor Raya, Kota Kupang ini, walau ribuan kursi yang disusun memenuhi ruangan dipenuhi peserta yang datang dari berbagai daerah, tampak sejumlah tokoh senior pro integrasi generasi 1975 hingga generasi 1999 tidak turut mengambil bagian dalam arena tersebut.
Mengawali sambutannya, Ketua Umum UNTAS Euriko Guteres memberikan pandangan yang menegaskan, eksistensi organisasi UNTAS saat ini, memerlukan sebuah perubahan. Tuntutan zaman, IPTEK serta semangat juang warga eks Timor-Timur yang memilih menetap di wilayah Indonesia, baik itu yang masih tinggal di lokasi pengungsian maupun kota-kota besar, menjadi ancaman demi kelangsungan roda organisasi UNTAS kedepan.
Terkait adanya perbedaan pendapat yang menyebar diberbagai media, Euriko mengakui telah berupaya semaksimal mungkin membangun komunikasi yang intens kepada seluruh anggota UNTAS baik tokoh-tokoh senior (perintis) hingga angkatan muda.
Dia menegaskan, UNTAS merupakan ujung tombak dalam menjaga perjuangan dasar dan sikap politik masyarakat eks Timor-Timur. ditambahkannya, Kongres yang menjadi wadah tertinggi organisasi, akan terasa hampa bila tidak lengkap menghadirkan tokoh-tokoh politik pro integrasi seperti Bapak Domingos M.D. Soares, Francisco Lopes da Cruz, Armindo Mariano Soares, Domingos Policarpo, Herminio da Costa serta para pejuang yang mewakili 13 Kabupaten/Kota eks Timor-Timor.
Pada hari pertama kongres yang dihadiri Gubernur NTT Frans Lebu Raya, dengan didampingi beberapa pejabat Pemerintahan, TNI dan Polri, secara resmi membuka acara Kongres yang ditandai dengan pemukulan gong, yang disaksikan oleh ribuan warga eks Timor-Timur. Jumat (15/07/16).(WD)