Soe, lensantt.com – Sejumlah sopir angkot mendatangi kantor Dinas Perhubungan TTS guna mempertanyakan harga pertalite dan stok bensin yang berkurang. Selain itu, Melonjaknya harga BBM sangat jauh berbeda dgn tarif angkot.
Kedatangan mereka agar mendapat solusi menyangkut tarif angkot apakah harus tetap, atau harus dinaikan.
Kepala dinas perhubungan Julius Taneo melalui Kabid terminal Danial Liu, kepada media lensantt.com pada senin (25/10 2021) di area kantor dinas bahwa langkanga BBM dalam halnya bensin bukan kewenangan Dinas dan bupati.
” itu kewenangan gubernur Sehingga kita butuh waktu untuk menunggu keputusan tarif tersebut,” tegasnya.
Lanjut kadis, ia meminta para sopir angkot untuk bertemu dengan pimpinan DPRD untuk bisa mendapat solusi. Karena DPRD merupakan Perwakilan rakyat.
Sementara itu, Salah seorang sopir angkot biasa disapa KIU FAOT mengatakan bahwa dengan adanya kelangkaan bensin maka penghasilan para sopir makin merosot,
“Harga pertalite diatas dari bensin sehingga kami susah sekarang,” kata dia.
“Awalnya pertalite bersubsidi 6850.000,
Sementara sekarang pertalite non subsidi 7.250.000,” kata dia.
Sementara itu wakil pimpinan DPRD Kabupaten TTS, Yusuf Nikolas Soru mengatakan , dihapusnya premium itu karena program langit biru dari pertamina.
” Dengan alasan bahwa ada polusi udara yang sangat besar sehingga pemerintah tiadakan pertamina,” kata dia.
Seharusnya pertalite sama harganya dengan premium, namun entah kendalanya seperti apa sehingga belum dieksekusi. Untuk itu soru meminta, semua elemen untuk menyelesaikan persoalan ini ke propinsi.
Penulis. Erick Hello,
Editor. Izak kaesmetan.