Kupang,lensantt.com – CARE International Indonesia (CII) dan mitra lokalnya CIS Timor melaksanakan acara lokakarya perangkuman dan serah-terima program partners for resilience (pfr) care-cis timor pada tanggal 28-29 Oktober 2015. Berhasil menjangkau sedikitnya 10 ribu warga NTT.
Dalam rilisnya Rabu (28/10), Acara yang dilangsungkan di Hotel Aston Kupang itu dihadiri oleh 100 orang undangan dari berbagai pihak yang berkepentingan antara lain, perwakilan dari delapan desa lokasi program PfR, perwakilan dari pemerintah kabupaten Kupang dan TTS, pemerintah provinsi NTT dan juga dari BNPB.
Kepala BAPPEDA NTT, Ir. Wayan Darmawan, MT. Dalam sambutannya, memberi apresiasi terhadap program PfR yang dinilai benar-benar bermanfaat bagi masyarakat NTT. ia juga berharap, apa yang sudah dilakukan ini terus dilanjutkan.
“Program-program aspiratif seperti PfR ini bisa menjadi model yang bisa dipelajari oleh pemerintah dan apa yang sudah dilakukan ini sejalan dengan fokus kerja pemerintah provinsi yang mengarah ke tingkat desa dan kelurahan,”ujarnya.
Selain membuka kegiatan Kepala Bappeda NTT juga membawakan materi tentang program pembangunan NTT yang mengintegrasikan isu pengurangan risiko bencana (PRB), adaptasi perubahan iklim (API) dan manajemen dan restorasi ekosistem (MER).
Ditempat yang sama program manager PfR CARE Ida Adu Ida Adu menjelaskan, Lokakarya yang direncanakan, berlangsung selama dua hari ini akan diisi dengan diskusi hasil program PfR yang akan dilakukan dengan metode kreatif seperti parodi, puisi, drama singkat, talk show ala televisi, games dan diskusi meja bundar.
“Kerja-kerja pengurangan risiko bencana sudah tak bisa lagi dilakukan secara sendiri-sendiri atau terpisah dari isu lain seperti perubahan iklim dan masalah lingkungan, Ujarnya.
Ia menambahkan, PfR selama limat tahun terakhir ini berusaha mengintegrasikan ketiga isu tersebut kedalam berbagai kegaitan penguatan ketahanan masyarakat dengan melibatkan berbagai stakeholder daru berbagai tingkatan dan unsur kata dia.
Ia menuturkan, Hasil yang diharapkan dari kegiatan perangkuman tersebut adalah Tersampaikannya kemajuan dan capaian program PfR, rangkuman pelaksanaan program PfR dan pelaporan program PfR kepada pemerintah terkait untuk tujuan pembelajaran, scale-up (ide dan tema) dan tindak lanjut manfaat dalam bentuk interaktif dan innovative.
Selain itu, Keberhasilan, tantangan dan pembelajaran dari program PfR dapat dimanfaatkan melalui rekomendasi dan komitmen para pemangku kepentingan terkait. Dan dampak, efisiensi, keberlanjutan dan peningkatan (scale-up ide dan tema) dari pendekatan PfR menjadi topic diskusi dan pembahasan oleh pemangku kepentingan terkait yang menelurkan poin-poin rekomendasi.
Ia menjelaskan, PfR adalah sebuah program sekaligus sebuah aliansi skala global yang berlangsung di sembilan negara di dunia termasuk Indonesia. Program yang didanai oleh Kementerian luar Negeri Belanda ini dikerjakan oleh lima mitra utama di tingkat dunia yakni, Palang Merah Belanda (organisasi yang mengkoordinir Aliansi PfR Global), CARE Belanda, Cordaid melalui KARINA (Caritas Indonesia).
Pusat Perubahan Iklim, Palang Merah/Bulan Sabit Merah dan Wetlands International. Di Indonesia, program PfR dilaksanakan di provinsi NTT. CARE International Indonesia bersama mitra lokalnya CIS Timor melaksanakan program PfR di 4 desa di kab. Kupang (Oelatimo, Tolnaku, Nunsaen dan Oelbiteno) dan di 4 desa di Kab.
TTS (Linamnutu, Batnun, Oekiu dan Naip). Program ini berlangsung sejak 2011 s.d 2015. Hingga kini PfR telah menjangkau 10.000 orang (hampir setengahnya adalah perempuan) dari ke delapan desa tersebut lewat berbagai kegiatan PRB, API dan MER yang dilakukan di tingkat desa maupun ditingkat kabupaten. (ikz)
