Di Sumba Timur, pendekatan PDIA dan jenjang-jenjangnya digunakan untuk mencari akar masalah dan membuat solusi dari realita kesulitan anak-anak berbahasa daerah dalam lingkup pengantar pembelajaran di kelas yang memakai Bahasa Indonesia. Pada beberapa sekolah yang diteliti oleh para fasilitator daerah INOVASI, sampai jenjang kelas tiga, para gurunya masih dominan menggunakan bahasa daerah.
Kadis Pendidikan Sumba Timur yang selama seharian mengikuti proses sintesa, mengungkapkan rasa optimismenya pendidikan di Sumba akan lebih baik. “Kalau kita lakukan aktivitas-aktivitas berdasarkan pendekatan PDIA atau pendekatan menemukan solusi lokal untuk permasalahan lokal ini dengan konsisten, saya yakin solusi masalah pendidikan kita akan kita dapatkan dengan cepat. Dalam dua atau tiga tahun ke depan, kalau dijalankan dengan konsisten progam solusi itu, saya yakin hasilnya sudah juga kelihatan,” ujarnya optimis di hadapan semua peserta sintesa “Program Rintisan Pembelajaran Menggunakan Multi Bahasa Bagi Siswa Penutur Bahasa Daerah” di Hahar, Sumba Timur, kemarin
Oleh karena itu, Kadis Pendidikan menyarankan sebelum menyusun kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), aktivitas -aktivitas model pendekatan PDIA juga dilakukan. Para guru bisa mengidentifikasi dulu masalah yang terdapat pada pembelajaran mereka, lalu menyusun agenda KKG berdasarkan masalah tersebut dengan tool-tool seperti pada PDIA.
Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan ajang pertemuan guru untuk meningkatkan kompetensi mereka. Mereka bisa saling belajar dengan membahas materi materi pembelajaran, RPP dan sebagainya. Selama ini banyak kritikan bahwa KKG yang dilaksanakan para guru tidak berjalan efektif karena tidak rutin diadakan dan tidak dirancang dan terstruktur dengan baik.
“Usulan kepala dinas ini sangat baik. Karena berbasis menjawab masalah, sesuai dengan jenjang pendekatan PDIA, program KKG akan lebih bisa menjawab masalah-masalah pembelajaran di sekolah,” ujar Afif, Education Officer Program INOVASI.