Menia,lensantt.com – Pilkada Sabu Raijua memasuki tahap debat kandidat yang rencananya di gelar Selasa, (03/11/2020).
Tiga pasangan calon masing- masing, Drs Nikodemus N Rihi Heke,M.Si dan Yohanis Uly Kalle ( Paket Nomor 1 Helama Tona Ie), Prof, Dr Orient Riwu Kore dan Thobias Uly ( Paket nomor 2 Ie Rai), Takem Radja Pono dan Hegi Radja Haba ( paket nomor 3 TRP-Hegi). Pastinya, akan mengeluarkan seluruh kemampuan dalam kegiatan debat tersebut. Menunjukan kalau mereka layak menjadi pemimpin di Sabu Raijua.
Mungkin sebagian kalangan mengganggap tak akan punya pengaruh hasil debat. Namun jangan salah, diajang debat itu bisa terukur pemimpin yang berkelas, pengalaman dan layak menjadi “Nahkoda” di Kabupaten Sabu Raijua.
Dengan hasil debat bisa saja, merubah pilihan di akar rumput. apalagi mereka pemilih rasional. Artinya, hasil dari debat kandidat juga punya peran dalam ‘meraup” pemilih.
Dalam debat ini tentunya bukan sekedar adu argumen semata, tapi “Jualan” program dari setiap paket juga menjadi penting.
Tidak hanya itu, pengalaman dari para calon dan kematangan dalam menjaga emosional juga sangat diperlukan.
Ajang debat ini juga memang menjadi penantian bagi masyarakat Sabu Raijua. Karena mereka ingin melihat kualitas para pemimpin dan konsep membangun Pulau “Sejuta lontar” itu ke depan.
Kategori Pemilih di Pilkada
secara teori, menurut penelitian Malik (2018), pemilih Indonesia terbagia menjadi tiga jenis, yaitu pemilih emosional, pemilih rasional-emosional, dan pemilih rasional.
Pemilih emosional adalah pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari sejak lahir. Identitas itu bisa berbentuk dalam paham ideologis, agama, dan budaya.
Cengiz Erisen (2018) membagi pemilih emosional menjadi dua, pemilih aktif dan pasif. Pemilih aktif emosional sangat gampang diidentifikasi, mereka akan sangat mudah terprovokasi dan sangat cepat merespons isu tersebut.
Ini mudah sekali untuk didapatkan, contohnya di Facebook kalau ada teman anda yang secara aktif dan agresif mem-posting isu politik yang berbau agama dan identitas di halaman media sosial mereka atau aktif memberi komentar yang frontal dan keras, maka mereka bisa dikategorikan dengan pemilih aktif emosional.
Pemilih rasional-emosional adalah pemilih yang cenderung akan diam ketika melihat isu yang bersifat agama, identitas, dan simbolik digaungkan karena mereka membutuhkan waktu untuk memproses informasi dan isu tersebut. Akan tetapi dalam proses penerjemahan informasi tersebut faktor emosional alam bawah sadar masih dominan sehingga proses penerjemahan informasi terdistorsi oleh faktor-faktor yang secara tidak sadar membentuk pola pikir mereka. (Ikz)