Kupang, lensantt,- Sesuai dengan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistisk (BPS) Provinsi NTT bahwa, Nilai Tukar petani (NTP) pada tahun 2013 menurun dari 98,10 menjadi 97,92.
Penurunan itu terjadi karena naiknya, indeks harga hasil produksi pertanian lebih kecil dibandingkan naiknya indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsu oleh rumah tangga maupun keperluan produksi pertanian
“Jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu hanya sub sektor Peternakan dan Perikanan yang mengalami kenaikan 0,08 dan 0,33 ” jelas kepala BPS Provinsi NTT Anggoro Dwi Cahyono kepada awak media beberapa waktu lalu.
Sedangkan tiga subsektor lainnya yakni, tanaman pangan, Holtikultura dan subsektoor tanaman perkebunan rakyat kata Dwi Cahyono mengalami penurunan.
Ia menuturkan, NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga saat diterima petani terhadap indeks yang di bayar merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani yang ada di pedesaan.
Menurutnya, NTP juga merupakan salah satu alat ukur kemampuan tukar untuk barang-barang. Produk pertanian yang dihasilkan oleh petani Dengan barang atau jasa yang di perlukan oleh para petani untuk konsumsi rumah tangga.”Supaya kita bisa tau kemapuan tukar petani indikatornya adalah statistik NTP tadi,” ungkapnya.
Pada bulan desember  2013 lalu jela Dwi Cahyono, di daerah pedesaan terjadi  inflasi 0,65 persen. Selain itu sub kelompok. Bahan makanan mengalami inflasi tertinggi disusul sub kelompok sandang dab sub kelompok pendidikan,rekreasi dan olahraga masing-masing sebesar 1,20 persen untuk pendidikan, 1,80 bidang rekreasi dan olahraga mengalami Inflasi 0,23 persen. (Ikzan)