More
    HomeNTTSepenggal Kisah Nik Rihi Heke Bupati Sederhana yang Rela Makan di Warung...

    Sepenggal Kisah Nik Rihi Heke Bupati Sederhana yang Rela Makan di Warung Lesehan

    Menia,lensantt.com- Waktu saat itu tepat menunjukan pukul 7.00 Wita. Terlihat Sopir Ajudan juga saya sudah siap-siap memunggu Bupati Sabu Sabu Raijua Drs. Nikodemus N Rihi Heke, M.Si.

    Berselang 5 menit kemudian pria yang akrab disapa Mabala ini pun keluar. Tak menunggu lama kami masuk kedalam sebuah mobil fortuner berwarna Hitam.
    Kami beranjak dari rumah Eilode menuju halaman Kantor Bupati Kabupaten Sabu Raijua untuk mengikuti acara puncak Festival Pesona Kellaba Madja 3.
    Perjalanan yang memakan waktu 30 menit itu serasa cepat saat dikemudikan oleh Sopir Setia Lius Lobo atau sering disapa Lilo. Sedangkan di sampingnya Ajudan Bupati yang Gemar bercerita dengan siappun orang yang ia temui namanya Ruben Daga Ludji atau Rudal.
    Nah! Dibelakang sebelah kiri ada orang Nomor satu Kabupaten Sabu Raijua Drs. Nikodemus N Rihi Heke otomatis saya mendapat tempat sebelah kanan berdampingan dengan beliau.
    Canggung rasanya saat satu mobil dengan orang hebat asal Sabu Raijua ini. Namun, bagaimana pun harus tetap santai karena hampir seharian duduk ditempat yang sama saat mengunjungi beberapa destinasi wisata seperti Benteng EGE di Kematan Liae, Gua Nahoro terletak di Desa Rae Dewa, Pantai Cemara Desa Jiwuwu dan Pantai Rae Mea di Desa Lobo Rae.
    Saat dalam perjalanan cerita seadanya pun Berlangsung terkadang diskusi lepas soal  bagaimana mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Sabu Raijua.
    Memang sosok pemimpin yang satu ini tak pernah “Pandang Bulu” untuk berdiskusi. Namun, Mabala dikenal dengan pemimpin yang pandai menyaring informasi.
    Dia bukan tipe pemimpin telinga tipis yang mengambil keputusan tanpa sebuah pertimbangan. Mabala juga bukan tipe pemimpin dengan Temperamen tinggi (Cepat emosi) yang lebih memilih adu fisik.
    Tapi dia pemimpin bijak yang selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan penuh pertimbangan.
    Singkat cerita, dalam perbicangan santai saat di mobil itu Ia ( Mabala) kemudian mengeluarkan tawaran yang membuat saya sempat terperanjak.
    “Ama sebentar kita singgah makan di tempat makan di pinggir jalan, lihat mama penjual sebelum di panggung, ” Ucapnya.
    Tawaran ini tentunya diluar nalar berpikir saya. Dalam hati saya mengatakan,  apa betul yang beliau bilang masa seorang Bupati makan di warung lesehan.
    Setelah berjalan 25 menit akhirnya kami sampai di Kantor Bupati Sabu Menia.Lilo sebagai pengemudi membelokan mobil ke dalam kantor Bupati.
    Dari kejauhan terlihat halaman Kantor Bupati sudah dipadati masyarakat. Puluhan tenda penjual terlihat sedang melayani para pembeli.
    Baru saja masuk tiba- tiba Mabala meyuruh sopir berhenti  di depan tenda para penjual Kuliner. Alfons Lay Lena sebagai voorijdeer (penggwal pejabat) pun melaju sendiri ke depan Kantor Bupati.
    Setelah berhenti Bupati Sabu Raijua ini pun turun menuju tenda Kuliner yang menjual berbagai makanan. Saya dan Rudal sang ajudan pun ikut menemani.
    Sambil berjalan dalam otak saya berpikir, Ternyata apa yang disampaikan tadi bukan bualan belaka. Orang nomor satu di Pulau sejuta lontar benar-benar melakukan ini. Makan diwarung lesehan tanpa berpikir jabatannya.
    Kami pun tiba di sebuah warung menjual makan dengan berbagai macam menu. Saya berdiri tepat disampaing beliau.
    Tidak langsung memesan makanan, Separti biasa ia harus bertanya bagaimana pemasukan, manejemen pemasaran lalu tawaran solusi ia berikan para penjual.
    Kami pun masuk mencari tempat duduk didalam warung terlihat tidak ada lagi tempat duduk ia pun berdiri menunggu antrian.
    Melihat Bupati Sabu Raijua berdiri seorang wanita bersama pasangannya yang sedang menikmati makanan mereka  sontak berdiri dan menawarkan kursi mereka. ” Mari duduk bapa tana ( Bapak Sayang):” tawarnya.
    Dengan halus upati Nikodemus N Rihi Heke  menolak tawaran pasangan ini. ” Sudah ina duduk sa (saja), bta (saya) aman, ” kata Bupati.
    Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa beberapa buah kursi kami pun duduk.
    Hanya sekitar 5 menit pesanan kami sate Babi bakar pun diantar.sambil mskan terdengar ia memanggil ajudannya. ” Ama sini dulu,” karena dekat saya mendengar dengan perlahan ia berkata kepada ajudannya ” Ama bilang ke yang jual hitung nanti kita bayar semua yang sementara makan ini,” tanpa tawar menawar ajudan langsung melaksanakan apa yang diperintahkan.
    Selesai makan kami pun keluar, bukan langsung ke tenda kehormatan denfan berjalan kaki ia masih berkeliling ke semua tenda sambil membeli yang dijual oleh masyarakat di tempat itu.
    Setelsh itu ia menuju tenda kehormatan sambil menunggu kesempatan untuk memberi sambutan sekaligus menutup dengan resmi kegiatan Festival Kellaba Madja 3.
    Akhir dari cerita ini saya mngambil sebuah hikmah bahwa pemimpin berkarakter adalah tegas dalam menjalankan sebuah kepemimpinan tegas bukan harus kasar, jujur, memberi inspirasi.
    Dan itu ada pada Nikodemus Rihi Heke sang Mabala. Ia selalu tegas apa lagi soal pekerjaan.
    Memberi contoh yang baik, rendah hati jujur dan tak penah sedikit pun berbuat sesuatu tanpa berpikir matang.
    Lihat saja bulyan, Hujatan bahkan caci maki di medsos dari oknum- oknum yang bisa di bilang iri hati tak ia balas. Karena mungkin menurut Pria yang juga dipanggil Lay oleh orang terdekatnya Diam dan bekerja adalah cara membungkam para pencemooh.
    Paling Akhir dari tulusan ini ingin saya katakan :” Mabala tetap seperti sekarang ini, karena yang keras akan luluh, tak perlu kasar untuk mendapatkan sesuatu, bergerak santun untuk sebuah kebaikan,” ( Isak K)

    Komentar Anda?

    Izack Kaesmetan
    Izack Kaesmetan
    Owner & Jurnalist LENSANTT.COM, Anggota DPD HPSI NTT.

    Must Read

    spot_img