Kupanh,lensantt – rovinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan ternak sapi potong. Selain berperan sebagai penghasil daging, sapi potong juga berperan sebagai pemasok sapi unggul.
Peternakan sapi potong rakyat di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih bersifat konvensional belum menerapkan teknologi peternakan dan sebagian besar masih sangat mengandalkan hijauan pakan sebagai pakan utama yang berasal dari rumput liar, limbah pertanian dan limbah perkebunan, sehingga ikut berdampak pada mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah.
Populasi ternak besar di Provinsi NTT pada 2023 tercatat 1.176.317 ekor terdiri dari sapi potong, sapi perah da kerbau. Sementara produksi daging sapi di NTT mencapai 25.400 ton yang dihasilkan dari populasi sapi potong 66.000 ekor.
Sementara itu pada 2023 jumlah sapi yang dikirim ke luar NTT dari provinsi NTT mencapai 66.163 ekor dari target 74.941 ekor atau terdapat 8.778 ekor sapi yang tidak terkirim pada 2023. Sapi-sapi yang dikirim itu untuk kebutuhan sapi potong di Provinsi Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Nusa Tenggara Barat.
Tingginya pengirimkan sapi dari NTT dipasok dari beberapa kabupaten yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, TTS, Malaka dan Belu yang selama ini menjadi lumbung ternak bagi provinsi NTT.
Tinggi permintaa sapi potong dari NTT itu mendorong paket SIAGA untuk menjadikan peternakan sebagai sektor prioritas dalam meningkatkan kesejahteraan para peternak dengan membangun pabrik pakan ternak di NTT.
Apalagi NTT yang memiliki musim kemarau cukup panjang tentu berdampak pada ketersediaan pakan hijau untuk ternak sehingga pembangunan pabrik pakan menjadi solusi bagi pembangunan sektor peternakan di NTT.
Pembangunn sektor peternakan tentu tidak terlepas dari peran pemerintah pusat yang telah menyediakan sarana angkutan ternak sejak 2015 dengan menyediakan kapal ternk KM Cemara Nusantara 1,2,3,4 dan 6.