Bali, lensantt – Tuntutan ekonomi yang sangat tinggi saat ini membuat sebagian masyarakat memilih untuk mencari nafkah keluar daerah tanpa memikirkan resiko yang akan mereka hadapi. Salah satunya Margaretha asal Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), provinsi NTT.
Wanita yang diperkirakan berumur 23 tahun ini harus mengahbiskan masa hidupnya dinegeri orang naasnya, saat dirinya menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Badung Bali tidak didampingi oleh sanak family.
Menurut Informasi yang diberikan oleh Sandro wangak melalui jejaring Sosial (Facebook) Margaretha dulunya beraktivitas sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) Medan melalui sebuah Ya yasan namun karena Margaretha menderita Asma akut akhirnya dirinya dipulangkan. Wanita malang ini sebenarnya dalam perjalanan dari Medan ke kampung halamannya. Dengan menggunakan jasa angkutan umum (bis) akhirnya, pekan lalu Margaretha tiba di pulau Bali.
Wanita Asal provinsi NTT ini pun kebingungan pasalnya, ia tidak mempunyai satupun keluarga di pulau dewata tersebut untunglah tukang ojek menurunkannya di bunderan Perumahan Dalung Permai. ditengah kebingungan, dia bertemu dua pemuda asal kabupaten So’e provinsi NTT .
Setelah berkenalan lanjut sandro, wanita yang akrab di sapa reta pun menceritrakan masalahnya, mendengar kisah yang dialami margaretha akhirnya kedua pemuda yang tidak sempat menyebutkan identitasnya ini membawa Margarethja ke kediaman mereka.
Di sanalah penyakit asma kumat, Reta dilarikan RSUD Wangaya provinsi Bali lengkap dengan kopernya. Setelah dua malam dirawat Reta meminta supaya dikeluarkan agar ia bisa segera melanjutkan perjalanan ke pulang kampung halamannya.
Namun sayang, kehendak berkata lain. Asmanya kembali kumat sehingga ia harus kembali dilarikan ke RSUD Badung. Tidak sampai satu sajam di rumah sakit, Reta pun meninggal. Melihat kejadian tersebut, Sandro yang juga adalah putra asal NTT segera melakukan koordinasi dengan Pdt. Yoktan Seok, S.Th.
kemudian kedunya mengubungi pihak rumah sakit supaya jenazahnya dititipkan dengan status jenazah terlantar. Dan akhirnya pihak RSUD Badung pun menyetujui permintaan mereka. “Saya dan Pak Pendeta meminta supaya jenazah dititipkan untuk sementara”, jelasnya. (Ikzan)