Waikabubak, lensantt.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Barat menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia, di Aula Kantor Dinas Pendidikan pada hari Rabu (28/8). MoU tersebut berisi kesepakatan untuk memperpanjang pelaksanaan program Membaca Berimbang di Sumba Barat.
YLAI bersama INOVASI telah melaksanakan program Membaca Berimbang di Sumba Barat sejak September 2018 dengan 10 sekolah dampingan. Program Membaca Berimbang terdiri dari membaca interaktif, membaca bersama, membaca terbimbing dan membaca mandiri. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Dengan ditandatanganinya kesepakatan ini, YLAI akan melanjutkan implementasi program di sekolah yang sama hingga Juni 2020. Selain Membaca Berimbang, YLAI juga akan melatihkan pembelajaran Kesadaran Fonemik.
Nota Kesepahaman ditandatangani oleh Sairo Umbu Awang selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Barat dan Fourgelina sebagai Manajer Program YLAI. Sekretaris Dinas Pendidikan, Yehuda Malorung dan Kabid Pendidikan Sekolah Dasar, Paulus Ngongo Bili bertindak sebagai saksi dari Dinas Pendidikan. Sementara saksi dari pihak YLAI adalah Hironimus Sugi selaku Manajer Program INOVASI di NTT dan Novia Debi Wicaksono sebagai staf pelaksana YLAI di Sumba Barat.
Dalam sambutan pembukannya, Kadis Sairo menyampaikan apresiasinya kepada INOVASI dan mitranya, khususnya YLAI yang telah turut meningkatkan kualitas pendidikan di Sumba. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pendampingan yang dilakukan oleh YLAI dan INOVASI belum dapat dinikmati sepenuhnya oleh anak-anak di Sumba Barat. Namun jika dilakukan secara berkelanjutan, hasilnya akan kelihatan dalam beberapa tahun kedepan.
“Oleh karena itu, penandatanganan MoU ini adalah upaya yang kami lakukan untuk memastikan keberlanjutan program yang dilakukan oleh YLAI. Meski kesepakatannya hanya sampai Juni 2020, kami berharap agar kemitraan ini dapat terus dilanjutkan kedepannya, baik dengan YLAI maupun INOVASI,” kata Sairo.
Melalui skema kerja sama ini, YLAI dan Dinas Pendidikan melakukan cost-sharing di mana YLAI akan menganggarkan Rp 153 juta untuk biaya operasional dan pengadaan buku sementara Dinas Pendidikan akan membiayai penyelenggaraan KKG dengan anggaran senilai Rp 110 juta. Selain itu, masing-masing pihak juga akan mengangkat satu koordinator lapangan.
Turut hadir dalam kesempatan ini adalah Aprile Denise yang merupakan Penasihat Teknis YLAI. Dalam sambutannya, Aprile menekankan pentingnya kerja sama semua pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan program.
“Melatih membaca tidak sulit tapi membutuhkan guru yang terlatih dan sumber daya yang sangat baik untuk mendorong motivasi (belajar) anak. YLAI dapat menyediakan ini untuk sekolah tapi membutuhkan kerja sama erat dari dinas, fasilitator, kepala sekolah dan guru,” ucapnya.
Menurutnya, MoU ini adalah awal dari sebuah kemitraan yang hebat untuk meningkatkan kemampuan membaca semua anak, khususnya siswa kelas awal, di Sumba. “Jika anak-anak tidak dapat membaca dan memahami apa yang mereka baca dalam tiga tahun pertama di sekolah dasar, pendidikan mereka akan semakin tertinggal dan akhirnya anak putus sekolah. Kami ingin memastikan ini tidak terjadi,” tegasnya.
YLAI merupakan salah satu dari lima mitra INOVASI di Sumba, NTT. Kehadiran mitra memungkinkan terjangkaunya lebih banyak sekolah di Sumba dalam waktu yang terbilang singkat, dengan bentuk intervensi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing kabupaten.
Untuk memastikan keberlanjutan program, khususnya yang dilakukan oleh mitra, INOVASI mendorong terbangunnya kerja sama langsung antara lembaga-lembaga berkompeten di bidangnya dengan pemerintah kabupaten se-Sumba.
Sebelumnya, INOVASI bersama Forum Peduli Pendidikan Sumba (FPPS) memfasilitasi lokakarya pelembagaan hasil rintisan mitra INOVASI yang dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Bappeda empat kabupaten se-Sumba. Pada lokakarya tersebut, INOVASI menyerahkan rincian biaya satuan yang dibutuhkan untuk mereplikasi program-program yang dilakukan oleh mitra INOVASI kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang hadir.
Manajer Program INOVASI NTT, Hironimus Sugi mengatakan, “INOVASI berkomitmen untuk menjembatani lembaga-lembaga yang punya kepedulian dan kompetensi di bidangnya dengan pemerintah daerah agar apa yang telah kita rintis dapat terus dilanjutkan.” MoU antara YLAI dan Dinas Pendidikan Sumba Barat merupakan kesepakatan pertama yang ditandatangani antara mitra INOVASI dengan pemerintah daerah.
Tentang INOVASI
_*INOVASI* (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) adalah program kemitraan pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang bertujuan untuk menemukan dan memahami cara-cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa – khususnya yang berkaitan dengan kemampuan literasi dan numerasi, baik itu di kelas maupun di sekolah. Bekerja dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, INOVASI menjalin kemitraan dengan 17 kabupaten yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur. Program ini berjalan sejak tahun 2016 hingga tahun 2019 dan dikelola oleh Palladium atas nama Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia.(hms)