Bajawa, lensantt – Pasar Bobou sebagai pasar baru di kota Bajawa yang mulai digunakan pada tanggal 6 Desember 2013 dipandang oleh beberapa kalangan masih meninggalkan sejumlah kontroversi. Hal ini didiungkapkan oleh Saturninus Fransiskus Xaverius Wuli yang diakrab dipanggil Papin Wuli kepada sejumlah wartawan baru baru ini, ia mengatakan bahwa pasar bobou sebenarnya belum layak untuk digunakan dengan alasan sarana prasarana dan kebijakan lain yang menunjang keberadaan pasar belumlah dilakukan.
Papin menjelaskan selama 3 bulan ini sejak perpindahan dari pasar lama ke pasar yang baru, banyak pedagang merasa rugi karena pembeli di pasar jauh berkurang. Ia menilai bahwasanya factor jarak yang mencapai radius 2 Km dari kota yang menyebabkan warga kota Bajawa enggan berbelanja di pasar induk itu, alhasil banyak kios ‘dadakan’ yang bermunculan ditengah kota yang menjual sayur mayur sebagai dampak dari perpindahan pasar. ”Faktanya pasar dibangun jauh dari pemukiman penduduk dan letaknya sangat tersembunyi,” sambungnya.
“Dimana janji Bupati Marianus Sae?,” ungkap Papin. Ia juga menerangkan ada 3 hal penting yang dulu Bupati Ngada Marianus sae janjikan pada para pedagang pasar; Pertama, Perpindahan pasar adalah bersifat ujicoba apabila selama 3 bulan para pedagang merugi karena dagangan tidak laku karena sepi pengunjung maka pasar kembali ke pasar lama, Kedua, bahwa pemerintah daerah memberikan dana kompensasi 2,5 juta per pedagang sebagai dana stimulan/rangsangan sebagai imbas dari perpindahan pasar, Ketiga, bahwa alur transportasi ke pasar Bobou akan dibenahi yang menunjang bongkar muat barang di pasar tersebut.
Selain itu Papin Wuli menyayangkan terkait perpindahan pasar lama ke pasar baru terlalu dini, tergesa gesa dan dipaksakan. Ia bahkan menceritakan awal mula perpindahan pasar, kala itu Bupati Marianus Sae pernah duduk duduk dipasar bersama para pedagang dan mengajak mereka untuk pindah ke pasar baru, namun menurut Papin sebagian besar pedagang menolak untuk pindah dan akhirnya Bupati Beri Ultimatum kepada para pedagang bahwa tanggal 6 Desember 2013 harus pindah. “Pindah pasar kok jam 7 pagi, padahal para pedagang masih sepi?”, kata Papin dengan nada jengkel. Ia juga mengatakan, sepertinya anggota DPRD Ngada diam saja menanggapi apa yang terjadi terhadap keluhan para pedagang pasar, bahkan dirinya menyurati lembaga DPRD Ngada sebagai Ketua Perhimpunan Pedagang Pasar pada tanggal 11 Februari 2014 namun lagi lagi DPRD tutup mata. “Ada apa dengan DPRD Ngada?”, katanya.
Kemudian Papin mengatakan, “Berulang kali para pedagang pasar mengadu di DPRD dengan membawa barang dagangannya yang berupa sayur dan buah yang busuk namun tak pernah digubris”.
Saat dikonfirmasi wartawan, Bupati Ngada Marianus Sae melalui Asisten I Vianey Djone mengatakan, ‘pasar bobou normal normal aja, coba cek sendiri dik’. Ia juga mengatakan, hampir setiap hari dirinya mengecek situasi pasar. “Soal keluhan itu sih beberapa orang saja, yang lain aman aman”. Disinggung terkait jalur Transportasi yang kunjung belum dibenahi, Vianey mengatakan, bahwa saat ini semua pihak masih koordinasi terutama dengan Dinas Perhubungan Ngada, “jadi tidak benar Pemda Tutup Mata”, jelasnya. Terkait janji dana kompensasi yang disebut sebut mencapai 2,5 Juta itu, Asisten I itu mengatakan, bahwa itu semua lewat koperasi karena itu kan pemberian kredit lunak untuk pedagang. “Jadi sebaiknya minta penjelasan di Kepala Dinas Koperasi”, kata Vianey. (Anto)