15 Desa di Sikka Kesulitan Air Bersih

  • Whatsapp
ilustrasi
ilustrasi
ilustrasi

KUPANG,lensantt.com –Kurang lebih 15 desa di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini sedang mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau panjang. Untuk bertahan hidup, warga terpaksa memanfaatkan kearifan lokal yakni mengkonsumsi air pisang dan peri.

Camat Lela, Kasianus Key mengatakan, untuk mengatasi maslah tersebut warga memanfaatkan air pisang dan peri. selain itu warga juga memanfaatkan bantuan air tangki dari pemerintah Kabupaten Sikka.

“Air pisang dan air peri itu bukan satu-satunya, melainkan alternatif yang mereka pakai untuk kamar mandi, buang air besar dan cuci. Sedangkan untuk masak dan minum diatasi dengan air tangki,” kata Kasianus yang dihubungi wartawan dari Kupang, Kamis (6/8).

Kasianus mengakui hanya satu desa yang memanfaatkan air pisang dan peri yakni Desa Iligai. Di desa tersebut terdapat satu mata air namun jauh dari pemukiman warga yakni sekitar 3 kilometer (Km) sehingga warga terpaksa memanfaatkan air pisang dan peri selain bantuan air tangki.

Sementara 14 desa lainnya masih mengkonsumsi air bersih bantuan pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Saat ini warga yang kekurangan air bersih mendapat bantuan air tangki.

Ia mengemukakan, air tangki ditampung dalam bak penampungan dan diambil warga dengan menggunakan ember dan jerigen untuk dibawah ke rumah masing-masing sebanyak 20 liter per hari.

Kurang lebih 15 Desa di Kabupaten Sikka yang teridentifikasi kesulitan air bersih pada musim ini. Desa-desa yang kesulitan air bersih memiliki karakteristik tersendiri. Karena itu, BPBD dan pemerintah melakukan pemetaan secara detail sehingga penanganan yang akan dilakukan sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah.

“Saat ini masyarakat yang mengalami krisis air telah diberikan bantuan melalui air tangki. Dalam satu hari, satu kepala keluarga (KK) mendapat 20 liter air bersih,” jelas Kasianus.

Ia mengatakan pemerintah sangat prihatin terhadap kondisi alam yang sedang dialami warga. Namun, kepada seluruh warga yang mengalami krisis air bersih diharapkan tidak berkecil hati karena pemerintah akan mencarikan jalan keluar yang baik.

Disampaikan, warga di Dusun Baoletet, Hebin, dan Wolowukak juga harus menempuh perjalanan sekitar 4-5 Km untuk mengambil air. “Mereka tidak mengkonsumsi air pisang dan air peri,” jelasnya. (DA)

Komentar Anda?

Related posts